Senin, 29 November 2010

Anak Mengompol: 3 Kesalahan yang Harus Dihindari Orangtua

Ketika mendapati anaknya masih mengompol, banyak orang tua yang bertindak untuk menghentikan kebiasaan buruk itu. Meskipun tujuannya baik, tidak semuanya tepat. Berikut adalah tiga kesalahan yang paling umum dilakukan:

1. Membangunkan anak

Beberapa orang tua membangunkan anak mereka di malam hari untuk mengarahkannya ke toilet. Mereka berusaha mencegah agar anaknya tidak bangun hanya setelah dia mengompol. Membangunkan anak seperti itu mengganggu kenyenyakan tidurnya. Padahal, tidur nyenyak sangatlah penting bagi anak usia sekolah. Kelelahan yang berlebihan dan tidur yang terganggu dapat menurunkan daya memori dan konsentrasinya. Hal ini dapat menurunkan prestasi belajar dan berdampak negatif pada harga diri anak.

Para ahli meragukan efektivitas membangunkan anak di malam hari untuk mencegah mengompol. Anak hanya dapat menahan diri dari mengompol bila memiliki kesadaran sendiri untuk pergi ke toilet. Jika anak masih mengantuk tetapi dibawa ke toilet, dia tidak akan belajar. Para ahli bahkan menduga bahwa pola tidur yang terganggu justru dapat menjadi sebab mengompol.

2. Menghukum anak

Menghukum atau memarahi anak yang mengompol bukanlah tindakan yang tepat. Anda juga sebaiknya tidak membandingkannya dengan anak-anak lain atau saudaranya, misalnya dengan berkata: “Kakakmu di usiamu sudah tidak mengompol!”. Persaingan anak itu hanya menambah tekanan dan tidak membantu memperbaiki situasi. Anak-anak yang stres dan tertekan justru cenderung melanjutkan kebiasaan mengompolnya.

Lebih baik Anda sebagai orang tua memberikan penghargaan dan pujian setiap kali anak Anda tidak mengompol dan mencapai kemajuan. Penghargaan semacam itu meningkatkan harga diri dan memberinya kepercayaan. Anda perlu menyadari bahwa mengompol juga tidak menyenangkan baginya karena membuatnya malu dan merasa tidak nyaman.

3. Berlebihan membatasi minum

Beberapa orang tua membatasi anak agar tidak minum beberapa jam sebelum tidur. Meskipun hal ini mungkin efektif, bila pembatasannya berlebihan dapat membuat anak kehausan di malam hari sehingga mengganggu kualitas tidurnya dan merugikan kesehatannya secara umum. Daripada membatasi minum dengan ketat, sebaiknya Anda membiasakan anak untuk mengosongkan kandung kemih sebelum berangkat tidur.

Singkatnya, para orang tua sebaiknya tetap tenang dan bersabar bila anaknya masih mengompol. Dalam kebanyakan kasus, kebiasaan mengompol akan hilang sendiri ketika anak beranjak besar.

Pria Juga Bisa Mengalami “Menopause”

Banyak orang mengira hormon seksual pria tidak dipengaruhi usia. Hal itu tidak benar. Penelitian terbaru membuktikan bahwa pria juga mengalami penurunan hormon seksual seperti halnya wanita.

Setiap wanita yang hidup cukup lama akan mengalami menopause, yaitu jeda permanen dalam siklus haid yang menandai berakhirnya aliran hormon estrogen di dalam tubuhnya. Biasanya, hal ini terjadi di usia antara 45 dan 55 tahun. Penurunan dramatis dalam hormon ini dapat memicu segala macam perubahan fisik dan psikologis.

Sebaliknya, aliran hormon pada pria tidak berhenti mendadak seperti pada wanita. Namun, kadar testosteron secara bertahap mulai menurun dengan laju penurunan 1-2 persen per tahun mulai usia 30 tahun. Pada beberapa pria, akumulasi hasilnya selama bertahun-tahun bisa tidak menyenangkan dan berpotensi mengubah hidup. Banyak orang menyebut kondisi itu sebagai menopause pria. Istilah yang lebih tepat adalah andropause.
Apakah andropause?

Andropause berasal dari kata androgen, yang mengacu pada hormon laki-laki– meskipun perempuan juga memilikinya dalam tingkat lebih rendah. Androgen utama adalah testosteron, DHT (dihidrotestosteron), androstenedion, dan DHEA (dehidroepiandrosteron). Testosteron meningkatkan libido, membangun jaringan tubuh (termasuk otot dan tulang), membantu menjaga sekresi minyak yang normal di kulit dan rambut, dan memiliki efek pada fungsi kognitif otak, ketajaman mental dan konsentrasi, kemampuan visual-spasial, stamina dan suasana hati yang normal. Androgen diperlukan untuk fungsi ereksi normal, sedangkan testosteron adalah kofaktor yang diperlukan untuk produksi sperma dan kesuburan. Androgen menyebabkan karakteristik seksual laki-laki, termasuk wajah, pertumbuhan rambut dan suara yang lebih dalam. Testosteron bermanfaat bagi jantung dan pembuluh darah.

Andropause adalah situasi yang terjadi ketika testis tidak menghasilkan cukup testosteron. Banyak penelitian mendefinisikan testosteron rendah pada pria bila kadarnya 250-300 nanogram per desiliter atau kurang. Pria berusia 20-an dan 30-an biasanya memiliki kadar testosteron dalam kisaran 600. Menurut New England Journal of Medicine (Rhoden, Januari 2004), testosteron rendah terjadi pada sekitar 9% pria berusia 40-an, 30% pria berusia 50-an, 42% pria berusia 60-an dan 70% pria berusia 70-an.

Gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan konsumsi alkohol yang tinggi, kegemukan dan stres meningkatkan risiko andropause.
Gejala

Gejala umum andropause termasuk (tidak semua selalu hadir):

* penurunan libido
* lemah /letih /lelah
* perubahan memori
* disfungsi ereksi (impotensi).

Gejala lain mungkin termasuk (tidak semua selalu hadir):

* stamina menurun
* penurunan daya mental, kognisi, konsentrasi, lekas marah, gugup, depresi, murung, berkeringat malam, palpasi dan jantung berdebar.
* penurunan elastisitas kulit
* penurunan massa dan kekuatan otot, peningkatan massa lemak
* pengurangan rambut/bulu di ketiak dan kemaluan
* pengurangan ukuran testis
* penurunan massa tulang
* penurunan jumlah sperma

Beberapa gejala di atas tidak spesifik sehingga dapat disebabkan oleh faktor lain.
Diagnosis

Tidak ada cara tunggal untuk mendiagnosis andropause. Selain mempertimbangkan kondisi kesehatan secara keseluruhan melalui riwayat medis, eksaminasi fisik, dll, tes laboratorium diperlukan untuk mengetahui berapa banyak testosteron yang dihasilkan seorang pria.
Penanganan

Andropause adalah proses alami. Anda dapat tetap hidup sehat meskipun memiliki testosteron rendah. Bila kondisi tersebut menimbulkan masalah seperti memicu timbulnya diabetes, masalah tiroid atau impotensi, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter ahlinya untuk mengatasi masalah spesifik Anda.

Terapi hormon testosteron adalah pilihan yang berisiko karena dapat berkontribusi terhadap sleep apnea, penyakit jantung, pertumbuhan kanker prostat, dan lainnya.

Senin, 22 November 2010

Stevens-Johnson Syndrome

Pendahuluan

Steven-Johnson Syndrome (SJS) merupakan reaksi hipersensitivitas yang diperantarai kompleks imun yang merupakan bentuk yang berat dari eritema multiformis. SJS dikenal pula sebagai eritem multiformis mayor. SJS umumnya melibatkan kulit dan membran mukosa. Ketika bentuk minor terjadi, keterlibatan yang signifikan dari mulut, hidung, mata, vagina, uretra, saluran pencernaan, dan membran mukosa saluran pernafasan bawah dapat berkembang menjadi suatu penyakit. Keterlibatan saluran pencernaan dan saluran pernafasan dapat berlanjut menjadi nekrosis. SJS merupakan penyakit sistemik serius yang sangat potensial menjadi penyakit yang sangat berat dan bahkan menjadi sebuah kematian.

Stevens-Johnson Syndrome (SJS) dan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) sejak dahulu dianggap sebagai bentuk eritem multiformis yang berat. Baru-baru ini diajukan bahwa eritema multiformis mayor berbeda dari SJS dan TEN pada dasar penentuan kriteria klinis. Konsep yang diajukan tersebut adalah untuk memisahkan spectrum eritem multiformis dari spectrum SJS/TEN. Eritem multiformis, ditandai oleh lesi target yang umum, terjadi pasca infeksi, sering rekuren namun morbiditasnya rendah. Sedangkan SJS/TEN ditandai oleh blister yang luas dan makulopapular, biasanya terjadi karena reaksi yang diinduksi oleh obat dengan angka morbiditas yang tinggi dan prognosisnya buruk. Dalam konsep ini, SJS dan TEN kemungkinan sama-sama merupakan proses yang diinduksi obat yang berbeda dalam derajat keparahannya. Terdapat 3 derajat klasifikasi yang diajukan :

1. Derajat 1 : erosi mukosa SJS dan pelepasan epidermis kurang dari 10%

2. Derajat 2 : lepasnya lapisan epidermis antara 10-30%

3. Derajat 3 : lepasnya lapisan epidermis lebih dari 30%

klinis eritem multiformis, stevens-johnson syndrome, dan toxic epidermal necrolysis

Gambar 1. Perbedaan Eritema multiformis, Stevens-Johnson Syndrome, Toxic Epidermal Necrolysis

Definisi

Stevens-Johnson Syndrome adalah sebuah kondisi mengancam jiwa yang mempengaruhi kulit dimana kematian sel menyebabkan epidermis terpisah dari dermis. Sindrom ini diperkirakan oleh karena reaksi hipersensitivitas yang mempengaruhi kulit dan membrane mukosa. Walaupun pada kebanyakan kasus bersifat idiopatik, penyebab utama yang diketahui adalah dari pengobatan, infeksi dan terkadang keganasan.

Penyebab

Sindrom Stevens Johnson dapat disebabkan oleh karena :

1. Infeksi (biasanya merupakan lanjutan dari infeksi seperti virus herpes simpleks, influenza, gondongan/mumps, histoplasmosis, virus Epstein-Barr, atau sejenisnya),

2. Efek samping dari obat-obatan (allopurinol, diklofenak, fluconazole, valdecoxib, sitagliptin, penicillin, barbiturat, sulfonamide, fenitoin, azitromisin, modafinil, lamotrigin, nevirapin, ibuprofen, ethosuximide, carbamazepin),

3. Keganasan (karsinoma dan limfoma), atau

4. Faktor idiopatik (hingga 50%).

Sindrom Stevens Johnson juga dilaporkan secara konsisten sebagai efek samping yang jarang dari suplemen herbal yang mengandung ginseng. Sindrom Steven Johnson juga mungkin disebabkan oleh karena penggunaan kokain.

Walaupun SJS dapat disebabkan oleh infeksi viral, keganasan atau reaksi alergi berat terhadap pengobatan, penyebab utama nampaknya karena penggunaan antibiotic dan sulfametoksazole. Pengobatan yang secara turun menurun diketahui menyebabkan SJS, eritem multiformis, sindrom Lyell, dan nekrolisis epidermal toksik diantaranya sulfonamide (antibiotik), penisilin (antibiotic), barbiturate (sedative), lamotrigin (antikonvulsan), fenitoin – dilantin (antikonvulsan). Kombinasi lamotrigin dengan asam valproat meningkatkan resiko dari terjadinya SJS.

Patofisiologi

Stevens-Johnson Syndrome merupakan penyakit hipersensitivitas yang diperantarai oleh kompleks imun yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis obat, infeksi virus, dan keganasan. Kokain saat ini ditambahkan dalam daftar obat yang mampu menyebabkan sindroma ini. Hingga sebagian kasus yang terdeteksi, tidak terdapat etiologi spesifik yang dapat diidentifikasi.

Di Asia Timur, sindroma yang disebabkan carbamazepine dan fenitoin dihubungkan erat dengan (alel B*1502 dari HLA-B). Sebuah studi di Eropa menemukan bahwa petanda gen hanya relevan untuk Asia Timur. Berdasarkan dari temuan di Asia, dilakukan penelitian serupa di Eropa, 61% SJS/TEN yang diinduksi allopurinol membawa HLA-B58 (alel B*5801 – frekuensi fenotif di Eropa umumnya 3%), mengindikasikan bahwa resiko alel berbeda antar suku/etnik, lokus HLA-B berhubungan erat dengan gen yang berhubungan.

Manifestasi Klinis

SJS biasanya mulai timbul dengan gejala-gejala seperti infeksi saluran pernapasan atas yang tidak spesifik, kadang-kadang 1-14 hari. Ada demam, susah menelan, menggigil, nyeri kepala, rasa lelah, sering kali juga muntah-muntah dan diare. Muncul kelainan kulit, seperti koreng, melepuh, sampai bernanah, serta sulit makan dan minum. Bahkan juga mengenai saluran kencing menyebabkan nyeri.

Kelainan kulit bisa dimulai dengan bercak kemerahan tersebar vesikel dan membesar hingga menimbulkan jaringan parut, terutama pada selaput lendir seperti di hidung, mulut, mata, alat kelamin, dan lain-lain. Berat ringannya manifestasi klinis SJS bervariasi pada tiap individu bisa dari yang ringan sampai berat menimbulkan gangguan pernapasan dan infeksi berat sampai mematikan.

manifestasi klinis sjs








Gambar 2. Manifestasi Klinis Steven-Johnson Syndrome


Penatalaksanaan

Seluruh pengobatan harus dihentikan, khususnya yang diketahui menyebabkan reaksi SJS. Penatalaksanaan awalnya sama dengan penanganan pasien dengan luka bakar, dan perawatan lanjutan dapat berupa suportif (misalkan cairan intravena) dan simptomatik (misalkan analgesik, dll), tidak ada pengobatan yang spesifik untuk penyakit ini. Kompres saline atau Burow solution untuk menutupi luka kulit yang terkelupas/terbuka. Alternatif lainnya untuk kulit adalah penggunaan calamine lotion. Pengobatan dengan kortikosteroid masih kontroversial semenjak hal itu dapat menyebabkan perburukan kondisi dan peningkatan resiko untuk terkena infeksi sekunder. Zat lainnya yang digunakan, antara lain siklofosfamid dan siklosporin, namun tidak ada yang berhasil. Pemberian immunoglobulin intravena menunjukkan suatu hal yang menjanjikan dalam mengurangi durasi reaksi alergi dan memperbaiki gejala. Pengobatan suportif lain diantaranya penggunaan anestesi nyeri topikal dan antiseptic, yang dapat menjaga lingkungan tetap hangat, dan penggunaan analgesic intravena. Seorang oftalmologis atau optometris harus dikonsultasikan secepatnya, oleh karena SJS sering menyebabkan pembentukan jaringan parut di dalam bola mata yang kemudian menyebabkan vaskularisasi kornea dan terganggunya penglihatan, dan gangguan mata lainnya. Diperlukan pula adanya program fisioterapi setelah pasien diperbolehkan pulang dari rumah sakit.

Prognosis

Steven-Johnsons Syndrome (dengan < 10% permukaan tubuh terlibat) memiliki angka kematian sekitar 5%. Resiko kematian bisa diperkirakan dengan menggunakan skala SCORTEN, dengan menggunakan sejumlah faktor prognostic yang dijumlahkan. Outcome lainnya termasuk kerusakan organ dan kematian.
Tabel 1. Perbedaan Eritema Multiformis, Steven-Johnsons Syndrome, dan Toxic Epidermal Necrolysis

Jumat, 19 November 2010

pap smear

Pap Smear : Deteksi Dini Kanker Serviks

Pap Smear? Suatu metode dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kemudian di periksa di bawah mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat ditentukan apakah sel yang ada di mulut rahim masih normal, berubah menuju kanker, atau telah berubah menjadi sel kanker. Selain itu, infeksi dan inflamasi mulut rahim juga dapat ditentukan dari pemeriksaan ini. Metode ini juga disebut Pap Test atau Papanicolaou Smear (sesuai nama penemunya George Papanicolaou).

Manfaat Pap Smear? Pap Smear berguna untuk mendeteksi secara dini kanker mulut rahim (karsinoma serviks). Kanker mulut rahim yang ditemukan pada stadium dini atau masih terbatas di daerah mulut rahim, relatif lebih mudah pengobatannya dan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk sembuh, dibanding dengan kanker mulut rahim stadium lanjut.

Siapa Aja yang sebaiknya diperiksa Pap Smear? Setiap wanita yang telah berumur 18 tahun, atau wanita yang telah aktif secara seksual. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setiap tahun walaupun tidak ada gejala kanker. Pemeriksaan dilakukan lebih dari setahun jika sudah mencapai umur 65 tahun atau tiga pemeriksaan berturut-turut sebelumnya menunjukkan hasil normal. Pemeriksaan lebih sering dilakukan pada wanita yang mempunyai lebih dari satu pasangan, telah berhubungan seksual sejak remaja, mempunyai penyakit kelamin, merokok, dan ada infeksi Human Papilloma Virus.

Bagaimana Prosedur Pap Smear?

1. Operator akan menjelaskan prosedur yang akan dilakukan.
Tidur telentang dengan kedua kaki berada pada penyangga kaki di kiri dan kanan tempat tidur.
2. Operator akan memeriksa apakah ada pembengkakan, luka, inflamasi, atau gangguan lain pada alat kelamin bagian luar.
3. Memasukkan instrumen metal atau plastik yang disebut spekulum ke dalam vagina. Tujuannya agar mulut rahim dapat leluasa terlihat.
4. Dengan swab atau spatula kayu, atau semacam sikat, operator mengambil sel pada saluran mulut rahim, pada puncak mulut rahim, dan pada daerah peralihan mulut rahim dan vagina.
5. Operator akan meletakkan sel-sel tersebut pada kaca obyek yang kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.
6. Spekulum kemudian dilepaskan.
7. Operator biasanya akan melanjutkan memeriksa ovarium, uterus, vagina, tuba fallopi, dan rektal (anus) dengan tangannya.

Pemeriksaan Pap Smear tidak membutuhkan pembiusan, baik bius lokal maupun bius umum.

Jika pada Pap Smear ditemukan gambaran sel yang tidak normal maka akan dilakukan biopsi (pengambilan sedikit jaringan mulut rahim) untuk pemeriksaan mikroskop lebih lanjut. Pemeriksaan biopsi berguna untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan Pap Smear.

Kamis, 11 November 2010

7 Penyebab Pingsan

Pingsan (sinkop) adalah kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, biasanya hanya beberapa detik atau menit, karena otak Anda tidak mendapatkan cukup oksigen.

Otak memiliki beberapa bagian, termasuk dua belahan otak, otak kecil, dan batang otak. Otak membutuhkan aliran darah untuk menyediakan oksigen dan glukosa ke sel-selnya. Agar tubuh tetap sadar, sebuah area yang dikenal sebagai sistem pengaktif retikuler yang terletak di batang otak harus hidup, dan setidaknya satu belahan otak harus berfungsi. Pingsan terjadi bila sistem pengaktif retikuler atau kedua belahan otak kekurangan darah, oksigen, atau glukosa.

1. Reaksi saraf vagus

Pingsan kebanyakan dipicu oleh saraf vagus yang menghubungkan sistem pencernaan ke otak dan berperan mengelola aliran darah ke otak dan usus. Overstimulasi saraf vagus memperlambat denyut jantung dan menurunkan tekanan darah sehingga mengurangi asupan darah ke otak yang menyebabkan pingsan. Stres berat, ketakutan, kecemasan, panik, dan rasa sakit yang kuat dapat merangsang saraf vagus.

2. Perubahan tekanan darah

Perubahan tekanan darah dapat menyebabkan Anda pingsan. Kadang-kadang, jantung dan pembuluh darah tidak bereaksi cukup cepat ketika kebutuhan oksigen tubuh Anda berubah. Hal ini sangat umum pada orang tua dan pada orang yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes. Pingsan dapat terjadi bila Anda berdiri terlalu lama atau bekerja lebih keras dari kemampuan.

3. Anemia

Anemia (kekurangan jumlah sel darah merah) dapat menyebabkan pingsan karena tidak cukup sel darah merah untuk memasok oksigen ke otak. Anemia dapat disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi, penyakit atau perdarahan (misalnya, menstruasi berlebihan).

4. Dehidrasi

Kekurangan cairan dalam tubuh (dehidrasi) juga dapat menyebabkan pingsan. Dehidrasi dapat disebabkan oleh muntah, diare, demam, berkeringat, luka bakar atau kurang minum. Beberapa penyakit seperti diabetes juga dapat menyebabkan dehidrasi karena terlalu sering buang air kecil. Muntah dan diare, khususnya, juga merangsang saraf vagus sehingga berefek ganda.

5. Syok

Syok adalah kondisi yang ditandai oleh tekanan darah rendah yang kemudian dapat menyebabkan kehilangan kesadaran. Syok adalah keadaan darurat berbahaya yang biasanya berasal dari perdarahan, tetapi juga bisa berasal dari alergi parah (anafilaksis) atau infeksi parah. Korban syok biasanya terlihat bingung, sebelum kehilangan kesadaran saat kondisinya semakin buruk.

6. Obat

Obat-obatan yang dimaksudkan untuk mengendalikan tindakan tekanan darah tinggi dapat terlalu banyak menurunkan tekanan darah sehingga menyebabkan pingsan. Alkohol, kokain dan ganja juga dapat menyebabkan pingsan. Berbicaralah dengan dokter jika Anda berpikir pingsan Anda mungkin berhubungan dengan obat yang Anda pakai.

7. Hipoglikemi

Kekurangan gula darah (hipoglikemi) dapat membuat Anda pingsan. Hipoglikemi tidak hanya disebabkan oleh diabetes, tetapi juga karena Anda tidak makan untuk waktu yang lama.

Apa yang harus dilakukan bila Anda merasa akan pingsan?

Sebelum pingsan, Anda biasanya merasa pening, pusing, ruangan seperti berputar, mual dan berkeringat dingin. Anda juga mungkin mengalami penglihatan kabur atau pendengaran berdesing. Jika Anda merasa seperti akan pingsan, berbaringlah. Jika Anda tidak dapat berbaring, duduk dan berjongkoklah dengan meletakkan kepala Anda di antara lutut Anda. Hal ini membantu mengalirkan darah ke otak Anda. Tunggulah sampai Anda merasa lebih baik sebelum mencoba berdiri. Ketika Anda berdiri, lakukanlah perlahan-lahan.

Minuman Ringan Meningkatkan Risiko Penyakit Asam Urat

Minuman Ringan Meningkatkan Risiko Penyakit Asam Urat

Dua peneliti dari AS dan Kanada telah meriset hubungan antara asupan minuman ringan berpemanis fruktosa dengan risiko penyakit asam urat. Mereka mengikuti lebih dari 46.000 pria berusia 40 tahun ke atas yang tidak memiliki riwayat penyakit asam urat. Para pria tersebut menyelesaikan kuesioner mengenai konsumsi lebih dari 130 makanan dan minuman, termasuk minuman ringan berpemanis fruktosa dan gula rendah kalori, selama periode 12 tahun. Berbagai jenis buah-buahan dan jus buah yang tinggi kadar fruktosa alaminya juga dinilai.

Pada awal penelitian dan setiap dua tahun setelah itu, informasi tentang berat badan, pemakaian obat dan kondisi medis mereka dicatat. Pemeriksaan asam urat juga dilakukan menurut kriteria American College of Rheumatology. Selama 12 tahun masa tindak lanjut, para peneliti mendokumentasikan 755 kasus baru penyakit asam urat terdiagnosis.

Fruktosa dan penyakit asam urat

Risiko penyakit asam urat meningkat seiring peningkatan asupan minuman ringan berpemanis fruktosa. Risiko itu meningkat signifikan pada tingkat asupan 5-6 porsi per minggu. Pria yang setiap hari mengkonsumsi dua atau lebih porsi minuman ringan berpemanis fruktosa berisiko 85% lebih tinggi terkena penyakit asam urat daripada mereka yang mengkonsumsi kurang dari satu porsi per bulan. Sebaliknya, minuman ringan bergula sintetis (diet soft drink) tidak berkaitan dengan risiko penyakit asam urat. Korelasi tersebut independen terhadap faktor risiko lain penyakit asam urat seperti indeks massa tubuh (BMI), umur, penggunaan diuretik, tekanan darah tinggi, konsumsi alkohol, dan faktor makanan.

Fruktosa adalah satu-satunya karbohidrat yang diketahui dapat menghambat pembuangan asam urat. Selain fruktosa pada minuman ringan, fruktosa pada buah seperti apel dan jeruk juga meningkatkan risiko penyakit asam urat. Namun, risiko tersebut diimbangi dengan manfaat lain dari buah dan sayuran sebagai antioksidan yang mencegah penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner, stroke dan beberapa jenis kanker. Selain itu, vitamin C pada buah juga merangsang ginjal untuk membuang limbah asam urat.

Nah, bagi Anda yang berumur 40 tahun atau lebih, sebaiknya kurangilah minuman ringan yang manis. Teh, jahe atau kopi tawar tampaknya lebih menyehatkan untuk Anda.